Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 1001

Summary for Bab 1001: Menantu Dewa Obat

Summary of Bab 1001 from Menantu Dewa Obat

Bab 1001 marks a crucial moment in Free novel’s Romance novel, Menantu Dewa Obat. This chapter blends tension, emotion, and plot progression to deliver a memorable reading experience — one that keeps readers eagerly turning the page.

Bab 1001

Vanni langsung dipukul hingga terbaring di lantai lalu Agus menginjak kepalanya sambil meraung dengan ganas, “Aku sudah bilang, hari ini kau tidak bisa menolaknya meskipun kau tidak setuju sekalipun!”

“Malam ini, kau harus menemani kak Johnson!”

“Kalau tidak, aku akan menyebarkan semua foto intim kita berdua!”

“Aku akan membuat kau merasa malu saat bertemu orang lain di kemudian hari!”

Vanni langsung panik, “Sayang, ba… bagaimana kau bisa melakukan hal ini?”

“Aku ini istrimu…”

Agus langsung menendangnya pergi, “Diam!”

“Istri apaan?”

“Aku sedang punya masalah saja, kau sama sekali tidak mau membantu. Cinta macam apa yang kau bicarakan itu?”

“Biar aku kasih tahu yah, kalau kau tidak setuju, aku akan langsung putus denganmu!”

“Dan juga, aku tidak hanya akan menyebarkan semua foto–foto–mu itu tetapi aku juga akan mengusir kau dari kota Pelajar dan membuat kau tidak punya masa depan lagi untuk seumur hidupmu!”

Mata Vanni memerah. Dia menatap Agus dengan tak percaya.

Dia benar–benar tidak mengerti bagaimana pria yang biasanya berbicara dengan begitu manis kepadanya ini bisa menjadi begitu kejam saat ini.

“Aku akan memberimu waktu sepuluh menit, kau pikirkan baik – baik!”

“Kalau kau masih tidak setuju juga, aku akan menyebarkan fotomu sekarang!”

“Dan juga, apa kau pikir dengan kau tidak setuju lalu masalahnya selesai?”

“Karena kau sudah datang ke sini, maka jangan pernah berharap kau bisa pergi dari sini.”

“Kau ingin menggunakan cara yang keras, yah?”

Agus mengutuk dengan marah dan Vanni duduk di lantai sambil menutupi wajahnya dan mulai menangis.

Jam 11 malam.

Saat orang–orang di bar sedang sibuk, Reva berjalan masuk ke Exotic Bar dengan pakaian santai.

Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Tiger, Johnson biasanya berada di kantor yang ada di lantai paling atas.

Kantornya menghadap ke seluruh bar sehingga Johnson bisa memperhatikan seluruh situasi di bar saat dia

senggang.

Kalau ada wanita cantik, dia akan turun untuk melihatnya sendiri.

Kalau menurutnya cukup lumayan, dia akan mencari cara untuk menaklukkan gadis cantik ini.

Orang–orang di kota ini bisa menggosipkan tentang Johnson namun tidak ada yang berani memprovokasi bajingan ini.

Namun, kalau kali ini dia berani memikirkan tentang Nara maka dia benar–benar cari mati namanya!

Reva langsung naik ke atas dan saaat mencapai tangga yang ada di lantai tiga, dia langsung dihentikan oleh dua orang pria.

“Mau apa?”

“Kau buta yah! Apa kau tidak baca, disana ada tulisan tidak boleh masuk?”

“Di atas sini adalah kantor bos kami, tidak ada yang boleh naik. Keluar!”

Reva tersenyum lalu tiba–tiba dia mengulurkan tangannya dan menusukkannya ke leher kedua pria itu dengan dua jarum peraknya secara bersamaan.

Mata kedua pria itu membelalak dengan lebar, mereka berdiri di sana dengan heran dan tatapan mata mereka pun mengendur.

Reva menotok titik akupuntur mereka dengan jarum perak sehingga mereka tidak akan bisa bergerak secara normal dalam waktu satu jam.

Namun meskipun tubuh mereka kaku tetapi mereka masih bisa berdiri di sini dengan tegak.

Kalau dilihat oleh orang–orang yang tidak mengerti tentang akupuntur, mereka sama sekali tidak akan bisa mengetahui situasi dan kondisi orang–orang ini.

Reva berjalan ke atas menuju ruang kantornya dan kebetulan pada saat ini dia mendengar suara Agus, “Vanni, ini kak Johnson.”

“Kak Johnson adalah orang yang hebat, kau harus melayani kak Johnson dengan baik, paham?”

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat