Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 608

Update Bab 608 of Menantu Dewa Obat by Internet

With the author's famous Menantu Dewa Obat series, Internet captivates readers with every word. Dive into chapter Bab 608, where love anecdotes intertwine with plot twists and hidden demons. Will the next chapters of the Menantu Dewa Obat series be available today?
Key: Menantu Dewa Obat Bab 608

Menantu Dewa Obat

Bab 608

Imanuel melihat semua ini dengan hati senang. Dia memang sengaja menuduhkan semuanya kepada Reva dan mencari kesempatan untuk membereskan Reva.

Tiger buru – buru memimpin anak buahnya untuk melindungi Reva.

Semakin para penduduk desa itu berbicara, mereka semakin marah dan situasi di tempat itu seolah – olah hendak berlanjut menjadi perkelahian kalau mereka ada yang tidak setuju.

Dengan tak berdaya Herman berkata, “Semuanya, meski kalian ini mencari gara – gara sekalipun, kalian sudah mencari orang yang salah.”

“Pada awalnya proyek ini dikembangkan oleh keluarga Permana dan kami sama sekali tidak terlibat di dalamnya.”

“Proyek ini hanya kami ambil alih dalam beberapa hari terakhir. Jadi masalah yang sebelumnya sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami.”

“Untuk apa kalian mencari kami?”

Para penduduk desa itu terpaku.

Christie mencibir, “Siapa yang peduli dengan semua itu?”

“Sekarang proyeknya sudah diambil alih oleh kalian, tentu saja harus mencari kalian.”

“Beberapa desa ini telah dibuat hancur oleh kalian dan kalian masih melemparkan tanggung jawabnya kesana dan kemari?”

“Kalian sebagai pengembang benar – benar tidak punya hati nurani sama sekali!”

“Hanya demi untuk mendapatkan keuntungan lantas kalian tidak mau peduli dengan urusan hidup mati orang lain?”

Beberapa ucapannya ini kembali menyulut kemarahan di hati para penduduk desa.

Semua orang langsung bersikap agresif. Salah satu dari mereka bahkan berteriak, “Pukul dia! Hajar mereka! Habisi mereka!”

Melihat konflik di antara kedua belah pihak yang segera akan terjadi kemudian tiba – tiba Reva berkata, “Kalian ini memang pantas mau!”

Begilu ucapannya ini dilontarkan, semua orang langsung tercengang.

Orang – orang ini sama sekali udak menyangka bahwa Reva akan berani mengatakan hal seperti ilu pada saat ini. Bukankah ini namanya hanya akan semakin mengobarkan api kemarahan mereka saja?

Bahkan Herman pun ikut tercengang. Tidak biasanya Reva bersikap seperti itu.

Imanuel merasa sangat gembira, seolah – olah dia telah mendapatkan kesempatan itu dan

berteriak, “Reva, kau ini benar–benar bajingan. Kau sangat kejam sekali!”

“Apa yang telah kau lakukan terhadap para penduduk desa ini demi untuk mendapatkan keuntungan?”

“Bukannya sadar dan tobat tetapi kau malah masih memaki dan mengutuk mereka. Apa kau masih bisa dianggap sebagai manusia?”

“Orang – orang sepertimu seharusnya dijebloskan ke lapisan neraka ke delapan belas saja setelah mati nanti!”

Para penduduk desa itu juga sangat marah. Mereka mendekat dan hendak memukuli mereka sambil berteriak.

Hendra masih lebih rasional. Dia melangkah ke depan untuk menghentikan semua orang dan menatap Reva dengan marah.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat