Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 612

Read Menantu Dewa Obat Bab 612 - the best manga of 2020

Of the Internet stories I have ever read, perhaps the most impressive one is Menantu Dewa Obat. The story is too good, leaving me with many doubts. Currently, the manga has been translated to Bab 612. Let's read the author's Menantu Dewa Obat Internet story right here.

Bab 612

Kalau kata – kata ini diucapkan dari mulut orang lain maka liendra dan yang lainnya pasti tidak akan percaya

Namun karena ucapan ini dikeluarkan dari mulut dokter Halc sendiri jadi semua orang percaya kepadanya.

Hendra menbelalakkan matanya lalu dengan suara bergetar berkata, “Tuan Lee, aku... aku benar – benar sudah buta!”

“Barusan kalau aku ada salah, aku mohon maaf.”

“Aku juga sudah memohon kepada tuan Lee untuk jangan memasukkannya ke dalam hati dan membantu menyelamatkan para penduduk di desa kami!”

Sambil berbicara, dia benar– benar berlutut dan langsung bersujud.

Dengan cepat Reva membantunya berdiri lalu sambil tersenyum berkata, “Pak Hendra, jangan sungkan.”

“Hati seorang dokter itu tulus. Karena aku sudah ada disini, aku pasti tidak akan tinggal diam.”

Tadinya Reva merasa tidak senang dengan Hendra, tetapi melihat Hendra yang mau berlutut dan bersujud untuk mengakui kesalahannya membuat Reva mengaguminya.

Setidaknya Hendra berani dan mau bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan.

Demi keselamatan semua penduduk desa, dia rela berlutut dan meminta maaf. Ini bukan hal yang mudah yang bisa dilakukan oleh orang – orang biasa.

Hendra sangat gembira lalu dengan cepat berkata, “Terima kasih tuan Lee. Terima kasih tuan Lee!”

“Oh yah, tuan Lee, barusan kau ada mengatakan tentang kondisi kesehatanku. Aku... aku... apa aku benar – benar dalam bahaya sekarang?”

Reva tersenyum dengan ringan lalu menatap dokter Hale, “Dokter Hale, bagaimana menurutmu?”

Lalu dokter Hale memperhatikan Hendra dengan cermat untuk beberapa saat, kemudian mengerutkan keningnya. “Tekanan darahnya terlalu kuat. Darah mengalir dengan deras ke bagian belakang otak. Seharusnya ada merasakan sakit kepala.”

Semua orang di sekitar mereka langsung terkejut.

Karena sebelumnya Reva juga mengatakan tentang sakit kepalanya Hendra. Tak disangka ternyata hasil diagnosis dokter Hale dan Reva sama.

Namun, diagnosis Reva lebih akurat daripada diagnosis dokter Hale.

Dengan suara bergetar Hendra berkata, “Sejujurnya, aku benar – benar sakit kepala belakangan

ini.”

“Dan itu sanna seperti apa yang dikatakan oleh ruan Lee.”

“Sebari sakit kepala tiga kali, setiap pagi, siang dan malam.”

“Tuan Lec, dokler halc, bagai... bagaimana kondisiku?”

“Tuan Lec, sebelumnya kau bilang baliwa kalau kondisi aku tidak mereda juga maka aku tidak bisa bcitahan sclama tiga hari. lui... ini...”

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat