With the author's famous Menantu Dewa Obat series, Internet captivates readers with every word. Dive into chapter Bab 691, where love anecdotes intertwine with plot twists and hidden demons. Will the next chapters of the Menantu Dewa Obat series be available today?
Key: Menantu Dewa Obat Bab 691
Bab 691
Tiger segera mengangguk, “Oke, aku akan memberinya pelajaran.”
“Ayo, kalian tangani beberapa bajingan ini dan tarik semua urat – uratnya untukku.”
“Aku mau membuat mereka berlutut dan meminta makan di pinggir jalan untuk seumur hidupnya!”
Semua orang di tempat kejadian terpaku.
Begitu kejamkah pelajaran yang diberikan oleh Tiger?
Ketua satpam dan para kroninya itu sudah menangis karena ketakutan setengah mati lalu berlutut di lantai dengan panik untuk memohon bclas kasihannya. “Lord Tiger, tolong ampuni kami.”
“Lord Tiger, itu tidak ada hubungannya dengan kami. Kami hanya ditipu oleh si Hiro itu.”
“Lord Tiger, tolong beri kami kesempatan sekali lagi. Kami benar–benar sudah tahu kesalahan kami...”
Si botak Edy dan yang lainnya sama sekali tidak berbicara. Apapun yang Tiger lakukan sekarang. mereka benar – benar mendukungnya
Dan pada saat ini, semua orang itu hanya ingin menyangkal hubungannya dengan mereka. Jangan sampai Tiger mencari masalah dengan mereka.
Sebenarnya, hukuman yang Tiger berikan ini memang agak berlebihan.
Tetapi masalah ini berhubungan dengan Nara dan Reva sehingga Tiger harus bersikap tegas.
Dia ingin menunjukkan sikapnya dan membuat semua orang tahu bahwa dia sangat mementingkan Reva dan Nara. Sekaligus dia juga dapat menunjukkan kesetiaannya kepada Reva.
Nara langsung cemas, “Kak Tiger, apa... apa ini tidak terlalu berlebihan?”
Tiger buru–buru berkata, “Direktur Shu, jangan panggil aku dengan kak Tiger. Kau panggil aku Tiger saja.”
“Ini tidak terlalu berlebihan juga. Kalau biasanya para bajingan ini malah seharusnya dikurung di dalam tangki semen dan ditenggelamkan ke sungai.”
“Sekarang hanya mematahkan kaki dan tangan mereka saja. Setidaknya mereka masih hidup dan itu sudah cukup bagus.”
Nara bergumam, “Tetapi mereka…. mereka masih punya keluarga.”
“Kalau orangnya sudah cacat, lalu.... bagaimana dengan keluarga mereka dikemudian hari...”
Ketua satpam itu tidak bodoh. Begitu melihat situasinya seperti itu dia langsung mengerti kepada siapa dia harus meminta belas kasihan.
Dia buru–buru berlutut di depan Nara dan menangis dengan gcuir, “Direktur Shu, tolong kau bantu aku.”
“Dirumah aku masih ada orang tua dan anak–anak. Anakku baru berusia lima tahun.”
“Aku juga hanya ingin mendapatkan sedikit yang demi untuk membiayai putraku tetapi si bajingan Hiro itu malah menipu aku.”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat