Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 696

Summary for Bab 696: Menantu Dewa Obat

Bab 696 – A Turning Point in Menantu Dewa Obat by Free novel

In this chapter of Menantu Dewa Obat, Free novel introduces major changes to the story. Bab 696 shifts the narrative tone, revealing secrets, advancing character arcs, and increasing stakes within the Romance genre.

Bab 696

Hiro tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa para petugas keamanan akan melarikan duri.

Dia tidak tahu bahwa para penjaga keamanan ini semuanya adalah anak buah Tirer.

Orang–orang ini biasanya sangat ingin memukul dia secara langsung tetapi sekarang setelah dia dipukuli, siapa yang mau datang untuk membantunya?

Hiro yang tidak dapat memanggil siapapun membuat Dani marah lagi.

Dani menyerbunya dan memukulinya lagi. Dia memukuli Hiro sampai hidungnya memar dan wajahnya bengkak. Hiro berlutut di jalanan dan terus memohon belas kasihan hingga Dani berhenti memukul.

“Lain kali jangan macam–macam lagi kau!”

“Kalau tidak, setiap kali aku melihatmu aku akan memukulmu!”

Dani mengucapkan kata – kata kasar lalu pergi dengan geram.

Hiro berbaring di jalanan untuk beberapa saat sebelum akhirnya bangkit berdiri.

Sambil menahan rasa sakitnya dia datang ke lokasi konstruksi untuk mencari Tiger. “Kak Tiger, bagai... bagaimana petugas keamanan yang kau pekerjakan itu?”

“Barusan aku dipukuli orang di depan gerbang lokasi konstruksi, tetapi mereka sama sekali tidak

peduli?”

“Ini... petugas keamanan macam apa ini?”

Tiger meletakkan kakinya di atas meja lalu dengan perlahan berkata, “Para petugas keamanan ini semuanya adalah anak buahku.”

“Maksudmu, aku telah melakukan sesuatu yang salah?” tanya Hiro dengan terkejut.

Meskipun biasanya dia berani bersikap garang di depan Reva tetapi di depan Tiger dia tidak berani.

Reva masih harus menghormati Axel dan Alina tetapi Tiger tidak

Selain itu, dia tahu Tiger yang dikenal ganas itu dengan sangat baik.

Kalau dia berani menyinggung Tiger, itu tidak ada bedanya dengan mencari mati!

“Aku maksud aku bukan seperti itu. Aku.. aku hanya bilang...”

“Kak Tiger, kau lanjutkanlah kesibukanmu. Aku akan keluar dulu.”

Horo mengangguk dan membungkuk. Dia keluar dari ruangan dengan ekspresinya yang berubah menjadi suram lagi.

Sambil menggcrtakkan giginya, dia meraung ditenggorokannya, “Reva, aku akn membuat perhitungan denganu!”

Dia hanya bisa melampiaskan kemarahannya ini kepada Reva.

Namun seiclah dipikir–pikir, dia menelepon polisi lagi.

Seorang petugas keamanan langsung berkata, “Ooh, begini ceritanya.”

“Kamudang berpatroli di belakang lalu kami melihat ada orang yang mencurigakan. Sepertinya dia telah mencuri barang–barang dari lokasi konstruksi.”

“Kami ingin mengejarnya tetapi tidak terkejar.”

“Saat kamu berbalik dan berlari ke belakang lalu kami melihat manajer Hiro habis dipukuli oleh orang itu

Jadi kaini bergegas dan pria itu sudah menyelinap pergi sehingga kami tidak keburu

mengejarnya.”

Kapten mengerutkan keningnya. Situasi yang diceritakannya ini berbeda dengan apa yang Hiro ceritakan

Hiro tercengang, dengan cemas dia berkata, “Apa.... apa yang kalian katakan ini?”

“Aku dihadang dan dipukuli oleh Dani di depan pintu. Pencuri apa yang kau katakan? Apanya yang di belakang”

“Apa… apa otak kalian sudah tidak waras semua?”

Petugas keamanan itu berkata dengan tulus, “Apa yang aku katakan itu memang benar.”

“Kami memang melihat dia sedang dipukuli saat berada di belakang.”

“Pak polisi, beberapa dari kami bisa menjadi saksi!”

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat