Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 846

Summary for Bab 846: Menantu Dewa Obat

Bab 846 – A Turning Point in Menantu Dewa Obat by Free novel

In this chapter of Menantu Dewa Obat, Free novel introduces major changes to the story. Bab 846 shifts the narrative tone, revealing secrets, advancing character arcs, and increasing stakes within the Romance genre.

Bab 846

Jayden sudah punya banyak teman di kota Carson.

Tentu saja, ini semua juga karena Jayden memamerkan diri bahwa dia tinggal di villa Rose Garden.

Jayden memberi tahu semua orang bahwa dia tinggal di villa mewah yang ada di Rose Garden dan papanya adalah seorang eksekutif di perusahaan asing setta kakaknya ada seorang CEO perusahaan.

Pokoknya, dia menggabungkan segalanya yang ada di keluarga Shu ke dalam dirinya sendiri dan menciptakan figur pemuda kaya yang pulang ke negara ini.

Figur yang dia ciptakan ini memungkinkan dirinya untuk cepat berteman dengan sekelompok orang.

Sekelompok orang ini semuanya adalah gangster jalanan yang menghormati dia sebagai generasi kedua yang kaya dan menuniti semua ucapannya.

Sekarang hanya satu telepon darinya saja, sekelompok orang itu langsung bergegas.

Setelah Jayden menjelaskan situasinya kepada mereka lalu dia pergi lebih dulu.

Setelah beberapa kejadian terakhir, otak Jayden menjadi lebih cerdas. Dia tidak bertindak sendiri lagi tetapi sudah tahu untuk menyuruh orang lain yang melakukannya.

Lalu dia turun dari lantai atas dan para pemuda itu langsung masuk ke dalam restoran.

Pemuda yang memimpin itu melirik Devi dengan mata berbinar, “Visi kak Jayden sangat bagus. Gadis ini lumayan juga!”

“Ini rejeki kita malam ini!”

Para pemuda lain yang ada di belakangnya semua memiliki senyum jahat di wajah mereka.

Jayden memberitahu mereka semua bahwa kalau sampai wanita ini bisa dibawa pulang maka semua orang akan mendapatkan jatah malam ini.

Devi sedang mengobrol dengan dokter Tanaka ketika beberapa pemuda itu tiba–tiba menghampirinya.

Si pemuda yang memimpin langsung menjambak rambut Devi dan menariknya ke belakang kemudian dengan marah berkata, “Hehh jalang, ternyata kau kabur ke sini!”

“Sialan, beraninya kau selingkuh dibelakangku, apalagi pria yang kau cari juga setua ini?”

“Apa kau anggap aku sudah tidak ada lagi!”

Singkatnya, semua orang di ruangan itu langsung menoleh.

Dokter Tanaka sangat marah dan bertanya dengan keras, “Siapa kalian?”

“Apa yang kalian lakukan?”

Si pemuda yang memimpin langsung mengambil gelas anggur di atas meja dan menyiramkannya ke wajah

dokter Tanaka sambil memakinya dengan kencang

“Sialan, bangkotan seperti kau pun hendak menikmati rumput muda, yah?”

“Biar aku beritahu yah, sampai sekarang si jalang ini masih istriku.”

“Beraninya kau menggoda istriku, apa kau sudah bosan hidup?”

Para pemuda itu sangat senang karena ini memang rencana yang barusan mereka buat.

Restoran mewah seperti itu pasti tidak akan membiarkan orang lain membawa seseorang pergi begitu saja dari

Sehingga mereka menggunakan strategi penyergapan seperti ini karena pertama–tama tidak ada orang yang memahami situasinya dan kedua, mereka juga merasa dengan cara ini, dokter Tanaka pasti tidak akan berani

melapor polisi.

Apalagi, menurut mereka, dokter Tanaka ini hanyalah seorang pria tua cabul yang menyimpan gadis muda seperti Devi. Jadi bagaimana mungkin dia berani melaporkannya ke polisi?

Namun, sebelum mereka sempat keluar dari restoran, mereka sudah langsung dihentikan oleh beberapa satpam.

Pemimpinnya adalah seorang pria berjas dan bersepatu kulit. Dia adalah manajer di restoran ini.

Dengan ekspresi dingin dia berkata dengan suara yang berat. “Lepaskan dia!”

Air muka si pemuda ini agak berubah sedikit namun dia tetap menunjukkan wajah cemberut sambil berkata, “Kau bilang apa?”

“Aku sedang mendisiplinkan istriku sendiri, apa hubungannya dengan kau?”

“Dasar sialan…”

Sebelum si pemuda ini selesai berbicara, sang manajer telah meninju hidungnya yang menyebabkan darah langsung mengalir dari mulutnya.

Setelah itu sang manajer mengibaskan tangannya lalu dengan marah berkata, “Hajar mereka sampai mati!”

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat