Bab 1029
Nara juga sudah melihatnya saat ini di dalam layar tampak Alina yang meskipun kondisinya terlihat menyedihkan namun semua organ tubuhnya masih utuh.
Secara refleks dia menghela nafas dengan lega dan pada saat yang sama ekspresi wajahnya juga tampak menjadi lebih bersemangat.
Kali ini, Reva sama sekali tidak mengecewakannya!
Axek memeluk ponsel itu dan bertanya bagaimana keadaan Alina.
–
Alina terisak dan menjawab dengan terbata bata.
Reva mengambil ponselnya, “Pa, mama baik–baik saja. Aku akan mengantarnya pulang sekarang juga.”
“Kalian tidak perlu khawatir. Tetap tinggal dan menunggu di dalam rumah saja!”
Axel mengangguk- anggukkan kepalanya, “Baik, baik, anak yang baik!”
“Reva, terima kasih. Terima kasih banyak!”
“Kalau bukan berkat kau, aku… aku benar–benar tidak tahu harus bagaimana lagi…‘
Setelah menutup panggilan teleponnya, Axel menyeka air mata di wajahnya. Dia menangis dengan bahagia.
Hana dan Hiro yang berdiri di samping tampak terpaku. Keduanya benar–benar hanya bisa terpaku.
Nara teringat dengan apa yang barusan mereka katakan tadi lalu mau tak mau dia menoleh kepada mereka dengan ekspresi kesal, “Hana, Hiro, bukannya barusan kau bilang Reva tidak mungkin bisa membawa mama pulang dengan selamat?”
-Sekarang, kalian berdua mau ngomong apalagi?”
Hana dan Hiro tampak malu. Mereka yang tadi berteriak dengan semakin keras dan hebat sekarang menjadi semakin tertampar wajahnya.
“Kenapa tidak berteriak lagi?”
“Bukannya barusan kalian berteriak dengan sangat keras?”
“Han, bukannya barusan kau bilang bahwa kau akan menulis namamu dengan terbalik?”
Nara melampiaskan semua kekesalannya itu dengan marah. Dia benar–benar sudah bosan mentolerir kedua orang ini sejak dulu.
Dan mumpung sekarang ada kesempatan itu jadi apapun yang terjadi dia harus melakukannya demi Reva!
Hana merasa kesal lalu dia menjulurkan lehernya sambil berkata, “Me… memangnya kenapa kalau dia berhasil menyelamatkan orangnya?”
“Memangnya kau tidak lihat? Sekujur tubuh mama penuh luka. Dia sudah dihajar oleh orang–orang itu
hingga seperti itu.”
“Kalau Reva tidak membunuh kedua orang anggota keluarga Park itu, bagaimana mungkin akan terjadi hal seperti itu? Bagaimana mungkin mama akan mengalami penderitaan seperti itu?”
Hana langsung panik, “Pa, bagaimana aku menghalangi?”
“Bu bukannya tadi aku sudah bilang dengan menyuruh Reva pergi ke rumah keluarga Park dan membiarkan mereka melakukan apa saja kepadanya agar mamaku baik – baik saja.”
“Dia sendiri yang takut mati dan tidak mau pergi…”
Axel merasa sangat kesal hingga dia mengambil cangkir di atas meja dan langsung membantingkannya dengan keras.
Hana buru–buru menghindar. Cangkir itu jatuh ke lantai dengan suara keras dan pecah hingga berkeping –
keping.
Hana tampak gemetaran karena ketakutan. Dia tahu bahwa Axel sudah benar–benar marah kali ini.
Axel menunjuk ke arah Hana, “Kau adalah putri yang tidak berbakti!”
“Kau bisanya hanya mengatakan omong kosong seperti ini!”
“Aku harus membunuhmu hari ini…”
Axel berkata dengan marah lalu dia hendak mengejar dan memukul Hana.
Namun begitu dia bangkit berdiri, tubuhnya bergetar dan pandangannya menggelap dia langsung terjatuh dengan perlahan.
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat