Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 1203

Update Bab 1203 of Menantu Dewa Obat

Announcement Menantu Dewa Obat has updated Bab 1203 with many amazing and unexpected details. In fluent writing, in simple but sincere text, sometimes the calm romance of the author Internet in Bab 1203 takes us to a new horizon. Let's read the Bab 1203 Menantu Dewa Obat series here. Search keys: Menantu Dewa Obat Bab 1203

Bab 1203 Sekali mendayung, satu dua pulau terlampaui

Reva terkejut, lalu dia segera membantu Alina untuk bangkit berdiri.

Dia menatap Nara.

Tampak jelas Nara menunjukkan ekspresi ragu.

Dia masih tampak sangat marah pada Hana.

Namun, bagaimanapun marahnya dia tetap saja ini adalah adik perempuannya sendiri.”

Dengan marah Axel memaki, “Hana, kenapa kau masih duduk duduk saja?”

“Kenapa kau tidak segera meminta maaf kepada kakak iparmu?”

Mata Hana tampak merah dan bengkak, dengan keras kepala dia memalingkan kepalanya.

Axel sangat marah sekali. “Aku suruh kau untuk pergi meminta maaf, kau dengar tidak?”

“Kalau kau tidak mau meminta maaf, aku… aku akan menghajarmu hingga mati!”

Alina menangis, “Hana, kau ini anak, kenapa kau begitu tidak patuh?”

“Cepat minta maaf kepada kakak iparmu. Kau benar–benar sudah berbuat salah kali ini!”

Hana menggertakkan giginya lalu dia langsung menoleh dan berteriak, “Ya, ya, ini salahku, semua ini salahku!”

“Tetapi memangnya kalian sudah benar?”

“Aku ini juga putri kalian dan margaku juga Shu.”

“Tetapi bagaimana cara kalian memperlakukan aku?”

“Kakakku adalah CEO perusahaan dan Reva adalah pemilik dari perusahaan konstruksi. Sedangkan aku? Dan juga Hiro?”

“Kalian tinggal di Taman Dragon Lake dan villa Rose Garden.”

“Sedangkan kami? Kami tinggal dimana?”

“Apakah aku akan melakukan hal seperti itu kalau kalian bersikap adil? Dengan marah Axel berkata, “Apa maksud ucapanmu itu?”

“Semua yang kakakmu serta kakak iparmu miliki itu hasil jerih payah mereka sendiri.”

“Kau sendiri yang malas dan sirik kepada orang lain dan itulah akibat yang kau terima dari sikapmu itu. Kau… kau punya hak apa untuk berbicara seperti itu?”

Hana berkata dengan marah, “Ya, aku tidak punya hak, aku malas dan sirik.”

“Kalian tidak perlu mempedulikan aku, kalian juga tidak perlu menganggap aku sebagai putri kalian, biar aku mati saja!”

“Pokoknya aku hanya akan menjadi duri di mata kalian saja kalau aku tetap hidup!”

Setelah mengatakan itu lalu Hana bangkit berdiri dan hendak pergi.

Reva mengernyitkan keningnya sedikit dan langsung menghentikannya.

“Hana, aku tahu kau selalu merasa tidak suka denganku.”

“Sejujurnya, aku juga tidak suka kepadamu.”

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat