Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 637

Summary for Bab 637: Menantu Dewa Obat

What Happens in Bab 637 – From the Book Menantu Dewa Obat

Dive into Bab 637, a pivotal chapter in Menantu Dewa Obat, written by Free novel. This section features emotional turning points, key character decisions, and the kind of storytelling that defines great Romance fiction.

Menantu Dewa Obat

Bab 637

Dalam waktu kurang dari tiga hari, proyek arca villanya mulai dikerjakan lagi.

Pembangunan arca villa ini pada dasarnya sudah mencapai tahap akhir. Dan sekarang hanya tersisa beberapa pekerjaan lanjutannya saja.

Begitu semua hal ini selesai maka dengan cepat arca villa ini sudah bisa dijual.

Tadinya Reva berencana untuk membiarkan Tiger yang mengambil alih masalah ini, tetapi setelah Hiro menjabat sebagai manajer umum akhirnya Reva sendiri yang menangani semua masalah ini.

Hiro akan mengurus sisa – sisa dari pekerjaannya.

Reva sangat jelas bahwa Hiro ingin menggunakan kesempatan ini untuk meraup banyak uang darinya.

Dia juga tidak mempedulikannya. Selama Hiro tidak bertindak terlalu jauh, dia tidak akan peduli.

Tentu saja, dia juga meminta Tiger untuk tidak ikut campur di dalamnya.

Karena kalau sampai di kemudian hari terjadi sesuatu, Hiro akan melepaskan semua tanggung jawabnya dan membebankannya kepada Tiger.

Urusan di perusahaan konstruksi sudah berjalan dengan lancar kemudian Reva kembali ke rumah sakit.

Devi juga sudah kembali bekerja dan saat keduanya bertemu, secara refleks Reva merasa sedikit tidak enak hati.

“Nona Devi, apa… apakah wajahmu tidak apa – apa?”

Devi melirik Reva. Di dalam haunya dia berpikir, di jaman ini, apa masih ada orang yang mengobrol seperti ini?

“Tentu saja ada!”

“Sangat sakit rasanya!”

Devi cemberut,

Reva: Benarkah?”

“Tamparannya itu apa bisa membuatmu merasa sakit selama berhari-hari?”

Devi: “Kalau sudah tahu kenapa masih tanya?”

Reva terdiam beberapa saai. Wanita memang benar-benar sulit dipahami.

Melihat Reva yang tidak berbicara lagi membuat Devi merasa semakin kesal.

Tiba-tiba dia bangkit berdiri dan berkata dengan lantang, “Kali ini, aku sengaja mempersulit si Hana itu demi untukmu.”

“Coba katakan padaku bagaimana kau mau membalas jasaku?”

Reva terkejut, “Kau mau apa?”

Devi terkekch: “Kau takut apa?”

“Memangnya aku akan memakanmu?”

“Begini saja, aku akan memberimu kesempatan untuk mentraktir aku makan siang nanti.”

Orang – orang yang makan di sini juga adalah orang – orang yang bekerja di sekitar tempat itu.

Ada tiga atau lima orang yang duduk bersama sambil merokok, minum bir, berbicara kotor dan sangat berisik.

Begitu Devi masuk, seketika itu suasana di dalam toko langsung hening.

Orang – orang ini tidak pernah melihat gadis secantik ini.

Apalagi, Devi yang lahir di keluarga berlatar belakang medis memberikan aura yang agung, sehingga membuat orang – orang yang ada di dalam toko ini merasa tidak layak dan langsung tidak berani berisik lagi.

Meskipun begitu, Devi tetap mengerutkan keningnya.

Dia mana pernah masuk ke tempat seperti ini!

Namun Reva sangat akrab dengan tempat ini. Dia langsung duduk di meja, “Ayung, dua porsi.”

“Ngomong – ngomong, aku mau yang digoreng saja. Kwetiaw goreng sapi.”

“Hari ini aku mentraktir temanku disini. Kau berikan daging sapinya lebih banyak.”

Bos Ayung tercengang dan mulutnya menganga dengan lebar. Untuk beberapa saat dia seperti belum kembali ke akal sehatnya.

Dia benar – benar tidak mengerti, bagaimana orang yang dulunya hanya bekerja sebagai seorang petugas kebersihan toilet RS saja bisa membawa seorang wanita kesini untuk makan sekarang.

Dan yang paling penting adalah, hanya dengan melihat gaya wanita ini saja sudah langsung tahu bahwa dia bukan wanita pada umumnya. Dia adalah nona besar dari keluarga kaya.

Bagaimana wanita ini bisa jatuh cinta kepada Reva? Apa dia benar – benar sudah buta?

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat