Read Bab 643 with many climactic and unique details. The series Menantu Dewa Obat is one of the top-selling novels by Internet. Chapter content Bab 643 - The heroine seems to fall into the abyss of despair, heartache, and empty-handed. But unexpectedly, a big event occurred. So what was that event? Read Menantu Dewa Obat Bab 643 for more details.
Bab 643
Devi: “Reva, mengapa saat ini sangat sulit sekali menemukan ginjal centre?”
“Aku sudah kesana kemari seharian ini tetapi sama sekali tidak dapat menemukannya.”
“Aku sudah berjanji untuk membantu orang lain. Tetapi… kalau aku tidak dapat menemukannya itu benar – benar hanya akan membuat diriku malu saja!”
Reva tersenyum, “Aku pikir ada masalah apa.”
“Hal semacam ini tidak bisa dipaksakan sehingga kau juga tidak bisa terburu-buru.”
Dengan cemas Devi berkata, “Apa bisa tidak buru – buru?”
“Papanya sedang sekarat. Kalau masih tidak dapat menemukannya juga, dia sendiri yang harus menghadap meja operasinya!”
“Reva, apa kau punya cara?”
Reva meliriknya, “Kalau ingin meminta bantuanku langsung katakan saja. Untuk apa bertele – tele begitu?”
“Lain kali langsung katakan saja jangan berputar – putar bicaranya.
Devi terkekeh, “Yah, karena aku tahu bahwa dokter Lee sangat ahli dalam pengobatan makanya aku meminta bantuanmu!”
“Bagaimana? Bantu aku yah, aku bisa berjanji untuk sehidup dan semati denganmu lohh.”
Reva langsung mengibaskan tangannya, “Jangan, jangan, jangan. Kalau kau tidak ingin aku membantu langsung katakan saja.”
“Jangan menakutiku seperti itu!”
Devi menyeletuk, “Lihat saja gayamu itu, siapa yang peduli padamu.”
“Kalau aku benar-benar menginginkanmu, kau juga tidak akan bisa lepas dari cengkeramanku!”
Reva merasa bergidik. Apa yang ada dalam pikiran wanita ini?
“Sudah, sudah, aku tidak bercanda lagi denganmu.”
“Apa kau benar-benar punya cara?” tanya Devi.
Reva berpikir sejenak: “Penyakit ini bisa disembuhkan.”
“Hanya saja, obat yang diperlukan agak aneh.”
“Begini saja, dua hari lagi aku akan pergi ke Gnome
untuk melihat apa ada obat seperti itu.”
Mata Devi langsung berbinar. “Kau mau pergi ke Gnome?”
“Untuk apa?”
“Aku pernah ke tempat itu. Sejujurnya tempat itu agak berantakan dan tidak menarik.”
Reva: “Aku ada urusan yang harus aku lakukan.”
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal ini.”
Devi: “Apa kau pernah ke Gnome?”
Reva menggelengkan kepalanya, “Aku belum pernah kesana.”
“Tetapi, kakekmu pernah kesana.”
“Nantinya dia juga akan kesana dan membantuku menunjukkan jalannya.”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat