Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 644

Summary for Bab 644: Menantu Dewa Obat

Summary of Bab 644 from Menantu Dewa Obat

Bab 644 marks a crucial moment in Free novel’s Romance novel, Menantu Dewa Obat. This chapter blends tension, emotion, and plot progression to deliver a memorable reading experience — one that keeps readers eagerly turning the page.

Bab 644

Devi: “Kenapa, memangnya aku tidak boleh ikut pergi bersamamu?”

“Kau jangan meremehkan orang, oke? Aku sangat akrab dengan Gnome!”

“Aku sudah pernah pergi kesana beberapa kali dengan kakekku!”

Reva menggaruk kepalanya, “Tidak, aku sudah janji dengan kakekmu bahwa aku akan pergi bersamanya?”

“Bukannya dokter Tanaka memintamu untuk datang menjemput aku?”

Devi mengangguk: “Yah, kakek meminta aku datang menjemputmu untuk pergi ke Gnome!”

“Dia sedang sibuk dengan sesuatu jadi aku yang menggantikannya.”

Mata Reva melebar: “Apa kau sedang bercanda?”

“Bagaimana mungkin dokter Tanaka bisa melakukan hal seperti ini?”

“Tunggu sebentar, aku akan menelepon dokter Tanaka

sekarang.”

Reva mengeluarkan ponselnya lalu buru–buru menelepon dokter Tanaka.

Tetapi setelah di telepon beberapa kali, tetap saja tidak ada yang menjawab panggilan teleponnya.

Pada saat ini, mobil sudah masuk ke jalan tol.

Devi tersenyum. “Tidak perlu repot – repot.”

“Panggilan di hape kakek sudah aku transfer ke penerusan panggilan. Kau tidak akan bisa menghubunginya.”

Reva tertegun, “Bukan, ini... nona Devi.. apa... apa mau mu sebenarnya?”

“Kami berdua masih ada urusan bisnis di Gnome. Untuk apa kau ikut pergi ke sana?”

“Jangan iseng, hal ini sama sekali tidak menyenangkan.”

Devi: “Siapa juga yang iseng denganmu? Aku kesana juga untuk melakukan urusan bisnis, oke?”

“Kau jangan lupa, aku masih hendak membantu sepasang ayah dan anak itu jadi aku harus kesana untuk membeli obatnya!”

Reva: “Bukannya aku sudah beritahu kepadamu bahwa aku akan membantumu membelinya?”

Devi: “Aku ingin melakukannya sendiri!”

Reva terdiam. Sebenarnya kau hanya ingin pergi ke Gnome bersamaku saja, kan?”

Melihat Reva yang tidak berbicara lalu sambil tersenyum licik Devi berkata, “Kenapa? Kak Reva, apa kau takut aku akan memakanmu?”

“Umm.. Kalau kau tidak bisa menolak yah dinikmati saja!”

“Disana ada berbagai macam orang dan sangat kompleks.”

“Kalau kau mau pergi berbelanja, jangan pernah membawa mobil mewah.”

“Kalau tidak, orang–orang akan mengira kau kaya dan mereka akan menipumu. Ini adalah salah satu alasanya.”

4/7

“Yang paling penting adalah kalau kau tidak punya kemampuan atau kekuatan apapun, kau tidak akan mungkin bisa keluar dari Gnome.”

“Jadi, yang paling penting adalah tetap bersikap sederhana dan bersahaja saja!”

Reva terdiam. Dia tidak menyangka bahwa Devi sangat jelas tentang situasi dan keadaan di Gnome.

Mereka berdua terus melaju di jalan seharian dan akhirnya tiba di Gnome tepat setelah pukul empat sore.

Gnome kelihatannya seperti desa terpencil tetapi pada dasarnya desa ini sangat makmur.

Kotanya tampak penuh dengan hotel dan wisma tamu serta ada berbagai tempat hiburan.

Meskipun tidak semakmur kota Carson tetapi itu pasti sebanding dengan kemakmuran di kota lainnya.

Dengan terampil Devi mengendarai mobilnya ke sebuah hotel. Bersama dengan Reva dia berjalan hingga ke meja resepsionis lalu dengan nada dominan dia berkata, “Halo, satu kamar tidur yang besar.”

Reva terkejut lalu dengan cepat mengeluarkan segepok uang dan berkata, “Dua kamar tidur besar! Dua! Dua!”

Resepsionis yang berada di depan mejanya itu tercengang sambil menatap Devi dan Reva bergantian. Dia menundukkan kepalanya lalu di dalam hatinya diam. – diam dia mengutuk dasar pria bodoh. Ada wanita secantik itu pun kau masih meminta dua kamar tidur besar? Apa otaknya sudah miring?

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat