Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 734

Summary for Bab 734: Menantu Dewa Obat

Bab 734 – Highlight Chapter from Menantu Dewa Obat

Bab 734 is a standout chapter in Menantu Dewa Obat by Free novel, where the pace intensifies and character dynamics evolve. Rich in drama and tension, this part of the story grips readers and pushes the Romance narrative into new territory.

Bab 734

Austin tidak menjelaskan banyak tentang hal ini kepada Reva. Setelah selesai menyeruput secangkir teh lalu dia membiarkan Reva pergi.

Naomi sendiri yang mengantarkan Reva keluar. Di depan pintu Naomi tampak tersipu dan berbisik, “Kak Reva, nanti…. nanti saat aku merasa bosan, apa aku bisa pergi untuk mengobrol denganmu?”

Gadis ini tidak pernah punya teman.

Dia tahu dengan jelas bahwa Reva yang telah menyelamatkannya jadi dia merasa bersyukur dan di dalam hatinya agak bergantung kepada Reva.

Reva teringat dengan ucapan Austin lalu dengan lembut tersenyum, “Bisa.”

“Aku juga punya seorang adik perempuan. Kalau lain kali kau datang mencariku, adikku itu pasti akan sangat menyukaimu.”

Naomi merasa sangat senang. “Wahh, bagus sekali kalau begitu!”

“Kalau begitu setelah aku boleh keluar rumah, aku akan pergi mencarimu!”

Reva mengangguk sambil tersenyum lalu meninggalkan villa Austin di bawah tatapan Naomi.

Pada saat ini, Austin yang sedang berdiri di depan teras memandangi Reva yang berjalan menjauh.

Setelah beberapa waktu, Austin berbisik, “Ciella, akhirnya aku sudah menemukan seseorang yang bisa melindungi Naomi.”

“Akhirnya aku sudah bisa dikuburkan bersama denganmu!”

Tidak ada yang tahu rahasia apa yang ada di dalam hati Austin. Bahkan Kenji dan Naomi pun tidak mengetahuinya.

Reva bergegas ke Shim Group dan Kenji sudah menunggunya sejak tadi disini.

Aset tuan Rodriguez, Peter dan yang lainnya berada di bawah kendali Austin. 30% diantaranya akan dibagikan kepada Reva.

Kenji yang bertanggung jawab atas pembagian ini secara langsung. Kebetulan aset 30% ini terkait dengan bidang konstruksi sehingga dapat langsung dihubungkan dengan perusahaan konstruksi Reva saat ini.

Herman dan Tiger juga sudah berada disini sejak tadi. Reva tidak ingin ikut campur dalam bisnis ini. Herman dan Tiger sekarang sudah mengelola perusahaan ini dengan baik.

Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan semua formalitasnya dan saat ini semua aset itu sudah menjadi milik Reva.

Kenji mengatur kembali semua hal – hal ini dengan mendirikan perusahaan baru dan

memindahkan semua ini ke dalam aset perusahaan.

Dan perusahaan baru ini menjadi milik Reva sepenuhnya.

Setelah semuanya selesai lalu Reva berkata kepada Herman dan Tiger, “Herman, urusan di perusahaan konstruksi itu bisa dikatakan sudah rampung. Tidak ada banyak hal lagi yang perlu dilakukan untuk saat ini.”

“Kau bisa datang ke perusahaan ini dulu lalu mulai merekrut dan mengelola perusahaan real estatnya disini.”

“Sementara Tiger, dia masih akan tetap berada di perusahaan konstruksi. Nanti begitu proyek di area villanya selesai, Tiger akan datang untuk membantumu.”

Herman dan Tiger langsung mengangguk. Keduanya sangat bersemangat.

Semakin hari semakin besar saja aset Reva. Mereka yang mengikuti Reva juga posisinya akan semakin tinggi di kemudian hari. 1

Apalagi Tiger. Dia sangat puas sekali dengan keputusan yang dibuatnya pada waktu lalu.

Kalau saja waktu itu dia melawan Reva mungkin sekarang tubuhnya sudah dimakan belatung.

Dengan memutuskan untuk mengikuti Reva, tidak hanya asetnya yang meningkat dengan pesat tetapi statusnya juga meningkat tajam.

Terutama dengan apa yang terjadi tadi malam. Pada saat itu dia sendiri yang ikut bersama dengan Austin untuk pergi mencari kesepuluh keluarga terpandang itu. Itu sama saja seperti menunjukkan dirinya di depan leluhur dari para kesepuluh keluarga terpandang tersebut.

men

Setelah kejadian ini, kesepuluh keluarga terpandang itu mungkin masih harus menghormatinya saat bertemu dengannya.

Sementara itu Reva juga sudah siap untuk menaklukkan kesepuluh keluarga terpandang itu.

Sebenarnya tanpa perlu Austin katakan pun, Reva sudah berencana untuk menaklukkan kekuatan dari seluruh kota Carson.

Kalau dia ingin membalas dendam, dia harus mengumpulkan kekuatan yang cukup.

Sebelumnya dia masih merasa ragu – ragu karena bagaimanapun juga kota Carson adalah milik Austin King. Dia tidak bisa merampok barang–barang Austin.

Tetapi sekarang Austin sudah mau pergi dan dia masih ingin melepaskan semua itu untuknya jadi dia benar–benar harus mulai menyusun rencana.

Untuk menaklukkan kesepuluh keluarga terpandang itu sama sekali tidak mudah.

Hal ini harus Reva lakukan semuanya dengan sendirian. Austin tidak boleh ikut membantunya.

Kalau tidak, nanti begitu Austin pergi, kesepuluh keluarga terpandang itu pasti akan langsung memberontak.

dan Alina.

Seorang wanita yang bertahtakan permata dengan ekspresinya yang arogan adalah Anissa Swan, tante ketiganya Nara.

Lalu ada juga seorang pria dan wanita muda. Mereka adalah adik sepupu Nara.

Begitu melihat Nara masuk, Anissa langsung berseru: “Ini… ini Nara?”

“Ya ampun, aku sudah bertahun–tahun tidak bertemu denganmu. Kau sangat cantik sekali!”

“Ayo cepat, cepat kemarilah, ke sisi tante ketigamu ini. Biarkan tante ketigamu ini bisa memperhatikanmu dengan baik – baik.”

Nara berjalan mendekat sambil tersenyum lalu dengan manis memanggil tante ketiganya.

Anissa langsung meraih tangan Nara lalu sambil tersenyum berkata, “Ya ampun, waktu aku pergi dulu tingginya bahkan tidak mencapai bahuku.”

“Setelah lewat bertahun–tahun, sekarang tingginya sudah jauh melampauiku.”

“Anak gadis memang tumbuh besar dengat cepat. Semakin dilihat semakin cantik saja.”

“Mari Nara, aku perkenalkan kepadamu, ini adalah adik – adik sepupumu, yang ini Jayden Sumarno dan yang itu adalah Vivi Sumarno.”

Jayden tidak mengangkat kepalanya. Sambil memainkan ponselnya dia berkata dengan acuh, “Panggil saja aku Jay.”

Sementara Vivi, setelah melihat Nara, dia tidak hanya merasa kagum namun tatapan matanya juga penuh dengan kesirikan.

Dia melirik Nara lalu dengan nada aneh berkata, “Eh, apa dia ini adalah kakak sepupuku?”

“Ckckck… kakak sepupu, seleramu dalam berpakaian benar–benar buruk.”

“Kau juga seorang gadis. Bagaimana kau bisa mengenakan pakaian seperti itu? Apa tidak terlalu norak?”

“Kalau di luar negeri mana ada gadis yang memakai pakaian seperti ini?”

“Hanya di sini saja, aku melihat orang yang mengenakan pakaian dengan begitu norak.”

“Yahh, tetapi bukan salahmu juga sih. Apalagi, negara ini kan memang terlalu miskin jadi bagaimana mungkin kalian bisa mengikuti gaya berpakaian internasional?”

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat