Bab 907
Malamnya, begitu sampai di rumah Reva langsung memberitahukan hal ini kepada Nara.
Nara mengernyitkan keningnya setelah mendengarkan hal ini.
“Aku sudah bilang sejak awal, si Hiro yang hendak menjadi manajer umum di sana pasti tidak punya niat
baik.”
“Sudahlah, nanti malam kasih tahu papa saja agar dia dikeluarkan dari perusahaan.” Ujar Nara dengan
marah.
–
Reva mengangguk angguk perlahan. Di dalam hatinya dia juga berpikir seperti itu.
Tetapi dia juga selalu merasa bahwa hal ini tidak akan berjalan mulus.
Axel selalu mencurigai Reva.
Kalau dia ingin mengusir Hiro, kemungkinan besar Axel pasti tidak akan setuju!
Setelah menunggu hingga jam delapan lewat, Axel dan Alina masih juga belum pulang.
Mau tak mau Reva dan Nara hanya bisa pergi keluar untuk makan malam dan begitu sampai dirumah, mereka berdua mendapati Axel, Alina dan yang lainnya sudah berada di rumah semua.
Hiro dan Hana sedang duduk di samping mereka. Wajah mereka tampak memerah sepertinya baru saja habis
minum.
Begitu Reva masuk dari pintu, Axel langsung menggebrak meja: “Reva, akhirnya kau pulang juga!”
“Ke sini kau!”
Reva tertegun sejenak. Ada apa lagi ini?
Dengan marah Nara berkata, “Pa, kau mau apa lagi?”
Axel menyahutinya dengan marah: “Tutup mulutmu!”
“Reva, aku mau tanya, apa kau merasa tidak senang karena aku menyuruh Hiro menjadi manajer umum di tempatmu?”
“Apa menurutmu sebagai seorang papa, aku tidak boleh ikut campur dalam masalah perusahaan konstruksi?”.
“Jadi, sedikit–sedikit kau selalu sengaja mencari masalah dengan Hiro agar bisa mengusirnya keluar dan sengaja membuat aku malu, begitu?”
Reva mengerutkan keningnya, “Pa, kapan aku mencari masalah dengan Hiro?”
Axel berkata dengan marah: “Kau masih berani bilang tidak?“.
“Aku mau tanya kepadamu, apa yang terjadi dengan masalah si Herman itu?”
Dalam situasi seperti ini, Herman tidak boleh dibiarkan untuk melanjutkan pemeriksaannya lagi.
Alina langsung mengambil cangkir di atas meja dan melemparkannya ke arah Reva sambil berteriak: “Reva, tutup mulutmu!”
“Apa kau pikir aku tidak tahu kau seperti apa?”
“Dulu waktu di perusahaan bahan obat, kau memasukkan Herman dan Carlos ke dalam perusahaan karena kau mencoba untuk menelan bisnis keluargaku.”
“Sekarang di perusahaan konstruksi, kau mengulanginya lagi.”
“Papamu menyuruh Hiro untuk menjadi manajer umum disana tetapi kau malah meminta Herman untuk mengelola keuangan perusahaan. Kau memang sengaja ingin mempersulit Hiro.”
“Dengan kata lain, kau ini memang orang yang licik.”
“Di depan semua orang, Hiro diberikan posisi sebagai manajer umum tetapi secara diam–diam kau malah mengatur orang–orangmu sendiri untuk bekerja melawan Hiro sehingga membuat Hiro tidak bisa melakukan pekerjaannya.”
“Aku… aku sama sekali belum pernah melihat orang yang sehina dirimu dalam seumur hidupku!”
Reva tampak bingung. Mau tak mau Nara berkata, “Ma, apa kau bisa berkata dengan sedikit lebih logis?”
“Perusahaan konstruksi ini memang milik Reva, jadi apa hubungannya dengan keluarga Shu?”
“Ini adalah perusahaannya sendiri tetapi kalian yang memaksa agar Hiro diangkat menjadi manajer umum di perusahaan itu.”
“Sekarang Hiro telah menghambur – hamburkan uang perusahaan tanpa alasan yang jelas. Sebagai CEO perusahaan, apa Reva tidak perlu menanyakannya?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat