Bab 939
Hana dan Vivi langsung bertengkar.
Setelah mendengarkan pertengkaran mereka sebentar lalu semua orang menjadi agak kesal.
Jonathan langsung menggebrak meja dan berkata dengan marah: “Sudah, cukup!”
“Diamlah kalian berdua!”
“Apa yang kalian berdua perdebatkan disini? Apa gunanya?”
“Apapun yang terjadi, biarpun Vivi dan yang lainnya memang salah dalam masalah ini tetapi kau tidak boleh mengatakan hal seperti itu, kau tidak boleh membuat mereka kecewa!”
“Mereka semua adalah keluarga dan saudara terdekat sendiri. Bagaimana kau bisa berkata, tidak akan pernah mengijinkan dia masuk ke rumah kalian lagi?”
–
“Hana, apa kau juga berencana untuk tidak mengijinkan saudara saudaramu ini pergi ke
rumah kalian?”
Saat sanak saudara lain mendengar ucapannya ini, mereka semua langsung menatap Hana dengan penuh emosi.
Hana tercengang, “Paman, aku… aku tidak menyebut tentang kalian!”
Rebecca langsung mendengus dingin, “Hehh, kau memang tidak mengatakannya di depan kami tetapi siapa yang tahu apa yang kau pikirkan di dalam hatimu?”
“Dulu Nissa sudah sangat membantu keluargamu tetapi sekarang kedua anaknya bisa diusir oleh kalian begitu saja saat bermain ke rumahmu.”
“Kalau begitu, kami semua mana ada yang berani pergi ke rumahmu lagi?”
“Haihh, kalau sudah punya uang itu pasti berubah.”
“Sanak saudara pun bahkan tidak dikenalinya lagi!”
“Jonathan, aku rasa lebih baik kita pulang saja.”
“Alina yang sekarang adalah orang kaya, dia bukan lagi kakak keduamu. Kita sudah tidak bisa mengatakan apa – apa lagi di depan dia!”
Ucapannya yang kasar ini membuat wajah Alina memerah, “Rebecca, jangan sembarangan bicara!”
“Mari kita bahas masalah ini!”
Rebecca langsung menggebrak meja, “Mau dibahas juga tetap saja kalian yang salah!”
“Biarpun anak–anak yang berbuat salah tetapi kalian sebagai orang tua harus bisa mendidik dan mendisiplinkan mereka.”
“Kalian tidak bisa hanya karena merasa keluargamu kaya lalu sedikit – dikit selalu ingin mengusir orang!”
“Paman ketiga, coba kau katakan kepadaku, apa ini adalah ucapan yang dikatakan oleh para orang tua?”
Kakek ketiga mengangguk dengan perlahan, “Benar!”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat