Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 805

Summary for Bab 805: Menantu Dewa Obat

Bab 805 – A Turning Point in Menantu Dewa Obat by Free novel

In this chapter of Menantu Dewa Obat, Free novel introduces major changes to the story. Bab 805 shifts the narrative tone, revealing secrets, advancing character arcs, and increasing stakes within the Romance genre.

Menantu Dewa Obat

Bab 805

Hana adalah orang pertama yang tertawa: “Wahh, tante ketiga, apa yang kau lakukan itu sangat hebat sekali!”

“Bagaimana kalian bilangnya waktu itu?”

“Ohh, aku ingat, kau bilang pengacara Finner bekerjasama dengan Reva dan hendak menipu uangmu, kan?”

“Ckckck.. ini baru benar – benar yang namanya tak tahu diuntung. Sudah dibantu kalian malah hendak menggigit balik!”

Wajah Anissa memerah. Vivi menundukkan kepalanya dan tidak bisa mengatakan apa apa.

Vivi tampak malu dan berkata dengan suara rendah: “Pengacara Patrick, apa… apa harganya tidak bisa dikurangi sedikit lagi?”

“Tiga juta.. ini.. ini terlalu banyak!”

Pengacara Patrick langsung mengibaskan tangannya: “Ini adalah harga terendah yang bisa aku dapatkan dari hasil negosiasinya.”

“Kalau kau merasa tidak puas, kau bisa menyewa pengacara lain yang lebih hebat.”

“Namun, sebelum itu tolong lunasi dulu komisi aku!”

Vivi langsung berkata, “Masalahnya saja belum kau selesaikan dengan baik, atas dasar apa kau ingin meminta komisinya?”

Pengacara Patrick mendengus dingin. “Nona, kau benar – benar tidak mengerti hukum yah!”

“Tidak perlu membahas masalahnya sudah diselesaikan atau belum. Bahkan kalau kau hanya datang untuk berkonsultasi denganku saja, itupun kau sudah harus membayar biaya konsultasinya.”

“Selain itu, aku juga sudah berkutat seharian atas masalah ini sehingga menghabiskan banyak tenaga dan biaya juga.”

“Apalagi, masalahnya juga bukannya belum diselesaikan. Aku sudah membantu kalian menyelesaikannya, tetapi kalian sendiri yang tidak mau menerimanya. Ini tidak ada urusannya denganku.”

“Komisi aku tetap harus dibayarkan. Aku harap kalian bisa mentransferkannya ke rekeningku dengan

secepatnya.”

“Kalau tidak, aku tidak akan mudah diajak bicara seperti pengacara Finner.”

“Aku belum pernah melihat ada orang yang berani tidak membayar komisi pengacara!”

Setelah selesai berbicara lalu pengacara Patrick langsung bangkit berdiri. “Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu. Aku masih ada kesibukan lainnya.”

Melihat pengacara Patrick pergi lalu Vivi bergumam dengan suara rendah, “Belagu amat sih?”

“Dia benar

benar mengira dirinya hebat yah, padahal hanya seorang pengacara bobrok saja!”

1/3

“Pa, kau jangan berikan komisi itu kepadanya. Aku tidak percaya, memangnya dia bisa apa?!”

Spencer segera menggelengkan kepalanya: “Sudahlah, jangan mengatakan hal-hal yang bodoh seperti itu.”

“Tidak membayar komisi pengacara? Apa kau ingin aku masuk penjara juga?”

Vivi terperangah: “Tidak… tidak akan separah itu, kan?”

“Aihh, jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Kak Alina, kau harus menyelamatkan Jayden.” Ujar Anissa dengan suara menangis.

Wajah Alina benar benar tampak tak berdaya. Sekarang dia juga merasa menyesal telah mengatakan hal

itu.

Kalau saja dia tahu bahwa pengacara Finner sangat cakap, seharusnya dia menuruti pengacara Finner saja agar dia menyelesaikan masalah ini kemudian memberikan 1.6 juta dolar kepadanya.

Dengan ragu Alina berkata, “Nara, bagaimana kalau kau…”

Nara langsung mengibaskan tangannya. “Kau tidak perlu mengatakannya lagi!”

“Aku hanya akan memberikan 1.6 juta dolar!”

“Semalam sudah membuat perjanjian hitam di atas putih. Lebih dari itu, aku tidak mau mengeluarkan sepeser

pun!”

Alina tidak bisa menahan emosinya: “Aku… aku tidak membicarakan tentang uangnya.”

“Maksudku, bagaimana… bagaimana kalau kau meminta Reva untuk berbicara dengan si pengacara Finner lagi?”

“Sepertinya pengacara Finner dan Reva memiliki hubungan yang cukup baik.”

Mata Anissa langsung berbinar: “Ya, benar.”

“Reva, kau carilah si pengacara Finner dan bicarakan dengannya!”

“Ini bisa membantu keluarga kita menghemat 1.4 juta dolar. Ini… ini bukan jumlah yang sedikit!”

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat