Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 807

Summary for Bab 807: Menantu Dewa Obat

What Happens in Bab 807 – From the Book Menantu Dewa Obat

Dive into Bab 807, a pivotal chapter in Menantu Dewa Obat, written by Free novel. This section features emotional turning points, key character decisions, and the kind of storytelling that defines great Romance fiction.

Bab 807

Hana merasa tidak puas: “Ma, apa hubungannya ini denganku?”

“Reva juga tidak membantu aku. Kau tidak punya hak untuk mengatur apa yang akan aku katakan!”

Dengan marah Alina berkata, “Diam kau!”

“Kembali ke kamarmu!”

Hana cemberut lalu dengan marah berkata, “Ma, kenapa kau jadi seperti ini?”

“Memangnya aku salah apa…..”

Dengan marah Alina berkata, “Kalau kau berani bicara lagi, lebih baik kau pulang saja ke rumahmu itu!”

Hana tak berdaya. Dia benar

benar tidak ingin pergi dari villa ini.

Reva tidak peduli dengan reaksi orang

orang ini.

Setelah menyetujui Alina lalu dia pergi dari Rose Garden.

Dia tidak pergi mencari pengacara Finner.

Dia juga merasa malu dengan kejadian tadi malam sehingga tidak bisa mengganggu pengacara Finner lagi.

Dia pergi ke rumah sakit dan mencari dekan Bobby.

Dekan Bobby langsung membawanya ke bangsal Rio Derrick.

“Si tua Rio, kau lihat siapa yang datang?” ujar dekan Bobby sambil tersenyum.

Rio sudah bisa duduk dan makan di tempat tidur sekarang, namun ketika mendengar ucapan dekan, dia

menoleh dan merasa sedikit bingung.

“Siapa ini?”

Reva maju selangkah dan berkata, “Halo, tuan Rio.”

“Aku Reva, kakak iparnya Jayden…”

Begitu mendengar ini, air muka Rio langsung berubah. Dia meraih cangkir di sampingnya dan melemparkan cangkir itu kepadanya.

“Keluar!”

Reva bergeser kesamping untuk menghindar.

Dekan Bobby bergegas: “Aduhh, si tua Rio, untuk apa marah

marah seperti itu?”

Dengan marah Rio berkata, “Si tua Bobby, kita ini teman lama, aku tidak ingin bersikap kasar di depanmu.”

“Tetapi, meski kau ada di sini hari ini aku juga tidak akan mempedulikan martabat mereka.”

“Kau bukannya tidak tahu kalau putriku juga telah dicelakai oleh para geng pembalap ini!”

Setelah terjadi keheningan untuk beberapa saat lalu dengan cepat Rio menegakkan posisi duduknya: “Tuan Reva, barusan… barusan aku telah menyinggungmu. Aku benar benar minta maaf.”

“Aku… aku…”

Reva tersenyum: “Tidak apa

apa.”

“Aku sudah dengar tentang masalah putrimu. Aku bisa memahami perasaanmu.”

Mata Rio memerah lalu dia menghela nafas dengan sedih. “Tuan Reva, kau… kau telah menyelamatkan nyawaku, aku juga tidak tahu harus berkata apa.”

“Seharusnya kau datang kesini juga demi untuk membahas masalah kali ini kan?”

“Haih~ sudahlah, lupakan saja. Karena kau sudah menyelamatkan nyawaku, maka… maka aku akan melakukannya demi kau.”

“Aku tidak mau meminta biayanya lagi untuk masalah ini, aku… aku bersedia untuk menandatangani surat damai…”

Saat mengatakan ini sebenarnya Rio masih gemetaran karena dirinya benar – benar masih menolak untuk berdamai.

Yang dia benci bukanlah masalah yang dia alami ini tetapi masalah putrinya.

Orang yang mencederai putrinya belum ditemukan.

Oleh karena itu dia sangat membenci semua gangster pembalap ini di dalam hatinya.

Sangat sulit baginya untuk memaafkan orang yang mengemudikan mobil itu!

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat