Bab 808
Reva tersenyum sedikit lalu dengan lembut berkata, “Tuan Rio, aku datang ke sini bukan untuk membahas
masalah ini!”
Rio terkejut. “Hah?”
“Bukan untuk masalah ini? Lalu, lalu kau datang kesini untuk apa?”
Dekan Bobby juga tampak terkejut.
Dia juga mengira bahwa Reva ingin menyelesaikan masalah Jayden jadi dia sengaja mengikutinya masuk ke bangsal dan berpikir untuk membantu mengatakan sesuatu yang baik tentang Reva,
Di luar dugaan, ternyata Reva datang kesini bukan untuk membahas masalah ini. Kalau begitu apa yang ingin
dia lakukan?
Dengan lembut Reva berkata, “Tuan Rio, aku datang kesini untuk membahas masalah putrimu.”
Air muka Rio langsung berubah: “Masalah putriku?”
“Ada… ada apa dengan putriku?”
Reva berkata, “Aku dengar dia lumpuh dan hanya bisa berbaring di tempat tidur sekarang?”
“Aku mengerti sedikit tentang ilmu medis jadi aku ingin membantu untuk mengobatinya!”
Mata Ryo langsung membelalak dengan lebar. Dia segera menggelengkan kepalanya: “Tuan Reva, aku benar · benar berterima kasih atas kebaikanmu.”
Tetapi, putri… putriku itu benar benar sudah tidak bisa disembuhkan lagi sekarang.”
Dekan Bobby juga menghela nafas: “Tuan Reva, aku tahu ilmu medismu sangat baik.”
“Namun, kecelakaan yang menimpa putri Rio itu adalah kejadian empat tahun yang lalu.”
“Kalau tulang belakangnya patah itu sama saja dengan mengalami kelumpuhan secara total dan otot dalam tubuhnya juga mulai mengalami penyusutan.”
“Pada… pada dasarnya ini benar benar sudah tidak bisa diobati lagi.”
Rio menangis. Begitu membahas tentang putrinya, hatinya terasa seperti disembelih.
–
otot di
Ekspresi Reva tampak tenang: “Dekan Bobby, karena aku sudah mengatakannya maka aku pasti memiliki kepercayaan diri.”
“Bagaimana kalau kau membantuku dengan membawa putrinya ke sini dan aku akan mencoba untuk mengobatinya, boleh kan?”
Dekan Bobby menatap Rio.
Rio menarik nafas dalam dalam. Meskipun matanya tampak putus asa namun tetap saja dia mengangguk.
Dia mau untuk mencobanya meskipun itu hanyalah secercah harapan kecil saja. Itu jauh lebih baik daripada membiarkan putrinya berbaring sampai mati.
“Tuan Reva, kalau… kalau begitu terima kasih banyak!”
“Anak ini tumbuh besar bersama dengan putriku. Haih~~”
Saat mengatakan itu, mata dekan Bobby memerah saat teringat dengan putrinya yang meninggal muda.
Rio berusaha beberapa kali untuk bangun namun pada akhirnya dia tidak bisa bangun.
Dengan penuh semangat dia mengangguk kepada Reva seolah bersujud kepadanya dan air mata mengalir di wajahnya.
“Tuan Reva, kalau… kalau kau bisa menyelamatkan putriku, aku….. aku rela memberikan semua haitaku kepadamu!”
“Aku….. aku mohon kepadamu, kau sangat welas asih, kau harus bisa menyelamatkannya, aku mohon…”
Dengan lembut Reva berkata, “Kau jangan khawatir, karena aku sudah datang, aku pasti akan
menyelamatkannya.”
“Aku juga tidak menginginkan harta kekayaanmu. Aku hanya punya satu permintaan!”
Rio mengangguk dengan penuh semangat, “Tuan Reva, silahkan kau katakan saja.”
“Apapun itu, aku pasti akan membantuku untuk melakukannya!”
Reva: “Jangan sebarkan kepada orang lain bahwa aku yang telah kanyabuhkannya.”
“Aku tidak suka repot. Aku tidak ingin dikejar-kejar oleh banya orang untuk meminta diobati setiap hari. Apa kau mengerti maksudku?”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat