Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 933

Read the hottest Menantu Dewa Obat Bab 933 story of 2020.

The Menantu Dewa Obat story is currently published to Bab 933 and has received very positive reviews from readers, most of whom have been / are reading this story highly appreciated! Even I'm really a fan of Internet, so I'm looking forward to Bab 933. Wait forever to have. @@ Please read Bab 933 Menantu Dewa Obat by author Internet here.

Bab 933

Alina mengibaskan tangannya dan berkata, “Kau tidak perlu meminta maaf.”

“Ucapanku masih tetap sama, aku tidak punya uang!”

“Biarpun aku punya uang juga aku tidak akan mempedulikan masalahnya ini!”

“Aku sudah memberitahu Jayden berkali-kali tetapi dia sama sekali tidak mau mendengarkan kata kataku.”

“Jadi dia memang pantas mendapatkan semua ini sekarang!”

Setelah selesai berbicara lalu Alina membalikkan badannya dan pergi dari sana. Dia sama sekali tidak mempedulikan mereka berdua lagi.

Anissa bun buru mengejarnya dan mencoba untuk menghentikan Alina.

Tetapi pada saat ini, Alina sudah masuk ke dalam kompleks sehingga Anissa langsung dicegat oleh beberapa satpam.

“Kak, kak, kau bantulah aku, tolong selamatkan Jayden!”

“Kak, aku benar-benar tak berdaya, aku hanya punya kau sebagai saudaraku!”

“Tolong kau selamatkan Jayden. Dia adalah keponakanmu!”

“Kalau sampai terjadi sesuatu dengannya, aku juga tidak mau hidup lagi!”

“Kak, apa kau ingin melihat aku mati di hadapanmu?”

“Alina! Alina! Bagaimana kau bisa begitu kejam? Kau benar-benar sangat keji, kau…”

Anissa menjerit dan berusaha meronta serta merisuh. Awalnya dia masih berseru sambil memohon tetapi selanjutnya dia sudah mulai memaki.

Dia memaki terus hingga sosok Alina tampak menghilang ke dalam kompleks. Setelah itu Anissa merosot ke tanah dan menangis dengan sejadi-jadinya.

Vivi berjalan menghampiri lalu dengan wajah marah dia mengutuk, “Ma, ini yang kau namakan keluargamu?”

“Ini adalah kakak kandungmu sendiri!”

“Kau lihat saja semua yang telah dia lakukan ini. Apa masih ada rasa dan kasih sayang keluarga?”

“Heh, bisa bisanya kau memperlakukan orang seperti ini dengan baik di waktu dulu? Aku rasa kau benar-benar sudah gila!”

“Bangunlah, kita tidak akan memohon lagi kepadanya!”

Anissa merosot ke tanah, “Kalau tidak memohon kepadanya, lantas harus bagaimana?”

“Adiku… adikmu pasti akan dihukum…”

“Kompensasi yang harus dibayar juga begitu banyak, kita harus bagaimana?”

Vivi menghela nafas dengan kecewa lalu merosot di samping Anissa.

“Aku belum pernah melihat saudara seperti itu!”

“Orang macam apa dia itu?”

“Keluarganya sangat kaya. 20 juta dolar ini hanya seperti uang saku bagi mereka.”

“Tetapi nyawa keponakan sendiri pun tidak dipedulikannya. Saudara macam apa ini?”

Vivi menggettakkan giginya dan memaki dengan marah.

Namun, tidak peduli bagaimana mereka memakinya tetap saja tidak ada orang yang memperhatikan mereka.

Pada akhirnya, mau tak mau keduanya bangkit lalu dengan sambil saling memapah lalu keduanya pergi dari sana.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat